Kalianda, Lampung (ANTARA)- Aktivitas
Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan
Selat Sunda masih berstatus waspada meski
letusan gunung itu diperkirakan mencapai
ratusan kali sepanjang Minggu.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak
Krakatau (GAK) di Desa Hargopancuran
Kecamatan Rajabasa, Andi Suardi,
mengatakan, di Rajabasa, Minggu, dari
pukul 00.01 WIB sampai 12.25 WIB Minggu
siang, intensitas letusan tercatat sebanyak
66 kali.
"Sampai nanti malam letusan dipastikan
mencapai ratusan kali," terang dia.
Sementara, lanjut dia, gempa vulkanik dalam
mulai Minggu pagi hingga siang, mencapai
32 kali, gempa vulkanik dangkal 45 kali dan
gempa tremor 26 kali serta hembusan 40
kali.
"Ketinggian semburan pasir dan abu
vulkanik mencapai diatas 500 meter," kata
dia.
Lalu, lanjut dia, dengan banyaknya jumah
letusan yang terpantau dari pos yang
berjarak 40 kilometer itu, Gunung Anak
Krakatau masih berstatus waspada seperti
hari sebelumnya.
Dengan kondisi itu, imbau dia, nelayan saat
melaut malam hari diminta tidak berlayar
terlalu dekat ke GAK itu karena berbahaya.
"Jarak aman minimal empat kilometer,
bahkan kalau bisa lebih dari jarak tersebut
untuk antisipasi," terang dia.
Dia mengatakan, peningkatan aktivitas ini
merupakan gejala alam karena merupakan
gunung berapi aktif dan peningkatan
aktivitas dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa
terduga sebelumnya.
Sementara itu, sejumlah warga di kawasan
pantai Kecamatan Punduh Pedada,
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
tetap tenang meski mereka mulai waspada,
karena tempat tinggal mereka berdekatan
dengan Gunung Anak Krakatau.
"Warga di sini umumnya masih tenang-
tenang saja, tetapi mulai waspada setelah
Gunung Krakatau diberitakan mulai aktif
lagi," kata warga Desa Kampung Baru,
Punduh Pedada, Ny. Yayuk.
Dia mengakui bahwa belakangan ini banyak
mendengarkan dan melihat berita dari
radio dan televisi seputar aktifnya Gunung
Anak Krakatau, menyusul letusan Gunung
Merapi.
Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Desa
Kampung Baru, Hanapi, juga membenakan
bahwa aktivitas warga di kawasan pantai
itu masih normal, meski ramai diberitakan
Krakatau aktif, dan mengeluarkan
sembutran asap ratusan kali setiap harinya.
Namun demikian, warga di sana
mengharapkan agar kondisi Krakatau itu
tidak lebih buruk, karena banyak warga di
sana yang rumahnya di kawasan pantai.
Minggu, 31 Oktober 2010
pagi ini gunung merapi meletus lagi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com -
Gunung Merapi kembali
mengeluarkan semburan
awan panas yang dahsyat,
Senin (1/11/2010) sekitar
pukul 10.00 WIB. Volume
awan panas yang dikeluarkan
kali ini terlihat sangat besar dibanding
letusan-letusan sebelumnya.
Gunung Merapi kembali
mengeluarkan semburan
awan panas yang dahsyat,
Senin (1/11/2010) sekitar
pukul 10.00 WIB. Volume
awan panas yang dikeluarkan
kali ini terlihat sangat besar dibanding
letusan-letusan sebelumnya.
Tiga Korban Tsunami Mentawai Selamat
VIVAnews - Ada saja keajaiban muncul di
tengah bencana tsunami yang menghantam
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Tiga
nelayan yang terseret ombak raksasa
ditemukan selamat terapung-apung di
lautan. Menurut relawan Jos Kamatir, ketiga
lelaki berusia 30-40 tahun tersebut adalah
warga Pagai Selatan.
"Mereka ditemukan dalam kondisi drop
setelah tiga hari terapung-apung di perairan
Mentawai," kata dia kepada VIVAnews.com,
Senin, 1 November 2010.
Diceritakan Jos, saat gempa 7,7 SR (versi
USGS) mengguncang Mentawai Senin lalu,
ketiganya sedang mencari ikan di perairan
yang menghadap ke Samudera Hindia.
Mereka tak berdaya ketika beberapa saat
kemudian gelombang raksasa datang
menerjang. "Perahu meraka pecah dihantam
gelombang, mereka terseret," kata Jos.
Untuk bertahan hidup di tengah laut, mereka
makan apapun yang lewat selama masih bisa
ditelan, termasuk buah dan pucuk pohon
kelapa tumbang yang juga terseret ke
tengah laut.
Kini para korban dirawat di Puskesmas
Sikakap. Mereka dijaga ketat oleh paramedis.
"Kondisi mereka sudah membaik, tapi belum
bisa bicara banyak karena masih syok,"
tambah Jos.
Ditanya soal bantuan untuk pengungsi, Jos
menyatakan belum semua bantuan bisa
disalurkan. Untuk lokasi yang sulit dijangkau,
pengiriman dilakukan melalui udara. Meski
demikian, menurutnya seluruh daerah
terdampak sudah diketahui dan sudah
dipantau apa saja yang dibutuhkan.
"Salah satu yang belum maksimal terjangkau
bantuan adalah daerah Sipora Selatan,
sepertinya bantuan belum terlalu banyak,
walaupun ada," ungkap Jos.
Menurut data Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD), hingga Minggu
kemarin pukul 18.00 WIB, tsunami Mentawai
telah merenggut 440 jiwa dan 96 warga
masih dinyatakan hilang. Untuk korban luka,
96 warga luka berat dan 271 lainnya luka
ringan. Tsunami juga memaksa 14.983
warga menjadi pengungsi. (Laporan:
Erinaldi, Padang | kd)
tengah bencana tsunami yang menghantam
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Tiga
nelayan yang terseret ombak raksasa
ditemukan selamat terapung-apung di
lautan. Menurut relawan Jos Kamatir, ketiga
lelaki berusia 30-40 tahun tersebut adalah
warga Pagai Selatan.
"Mereka ditemukan dalam kondisi drop
setelah tiga hari terapung-apung di perairan
Mentawai," kata dia kepada VIVAnews.com,
Senin, 1 November 2010.
Diceritakan Jos, saat gempa 7,7 SR (versi
USGS) mengguncang Mentawai Senin lalu,
ketiganya sedang mencari ikan di perairan
yang menghadap ke Samudera Hindia.
Mereka tak berdaya ketika beberapa saat
kemudian gelombang raksasa datang
menerjang. "Perahu meraka pecah dihantam
gelombang, mereka terseret," kata Jos.
Untuk bertahan hidup di tengah laut, mereka
makan apapun yang lewat selama masih bisa
ditelan, termasuk buah dan pucuk pohon
kelapa tumbang yang juga terseret ke
tengah laut.
Kini para korban dirawat di Puskesmas
Sikakap. Mereka dijaga ketat oleh paramedis.
"Kondisi mereka sudah membaik, tapi belum
bisa bicara banyak karena masih syok,"
tambah Jos.
Ditanya soal bantuan untuk pengungsi, Jos
menyatakan belum semua bantuan bisa
disalurkan. Untuk lokasi yang sulit dijangkau,
pengiriman dilakukan melalui udara. Meski
demikian, menurutnya seluruh daerah
terdampak sudah diketahui dan sudah
dipantau apa saja yang dibutuhkan.
"Salah satu yang belum maksimal terjangkau
bantuan adalah daerah Sipora Selatan,
sepertinya bantuan belum terlalu banyak,
walaupun ada," ungkap Jos.
Menurut data Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD), hingga Minggu
kemarin pukul 18.00 WIB, tsunami Mentawai
telah merenggut 440 jiwa dan 96 warga
masih dinyatakan hilang. Untuk korban luka,
96 warga luka berat dan 271 lainnya luka
ringan. Tsunami juga memaksa 14.983
warga menjadi pengungsi. (Laporan:
Erinaldi, Padang | kd)
keanehan letusan gunung merapi
VIVAnews - Letusan Gunung Merapi tahun
ini sangat berbeda dengan letusan yang
terjadi pada 2006, 2001, dan 1997. Ada yang
tidak biasa pada letusan kali ini.
"Memang, Merapi tahun ini aneh," Kepala
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana,
Kementerian ESDM, Surono, kepada
VIVAnews.com, Senin 1 November 2010.
Keanehan itu terlihat pada saat letusan besar
kedua yang terjadi pada Minggu dini hari 31
Oktober 2010. Merapi mengeluarkan suara.
Suara dentuman yang keras yang membuat
semua orang panik. Termasuk tentara, polisi,
petugas evakuasi, apalagi pengungsi. Semua
panik. "Dalam sejarahnya, Merapi memang
tidak pernah mengeluarkan suara
dentuman," ujar Surono.
Apa penyebabnya? Menurut Surono, itu
adalah proses eksplosif biasa. Dan suara
keras itu diduga berasal dari kandungan gas
yang terkandung dalam magma di perut
Merapi. Surono mengakui, karakter Merapi
itu bukan seperti gunung berapi lainnya
yang mengeluarkan suara seperti petasan
saat meletus.
Apakah ini karena energi yang sangat besar
terkandung di dalam Merapi? "Saya sudah
prediksi sejak awal, energi Merapi kali ini
memang lebih besar dari 1997, 2001, dan
2006. Apakah ini salah satu bentuknya? Saya
belum bisa pastikan," Surono menjelaskan.
Bencana Merapi yang terjadi pada Selasa 26
Oktober 2010 petang, sekitar pukul 18.02
WIB, menewaskan 34 orang termasuk
Redaktur Senior VIVAnews.com, Yuniawan
Wahyu Nugroho. Saat ini, jumlah pengungsi
letusan gunung Merapi sekitar 29 ribu orang
yang terbagi di 28 titik tempat
penampungan akhir (TPA).
Maka itu, Surono kembali mengingatkan
pemerintah daerah setempat untuk bersikap
tegas kepada warga pengungsi. Area 10
kilometer dari puncak Merapi harus steril.
"Jangan sampai ada warga yang naik lagi ke
atas untuk mencari makan buat ternaknya.
Kondisi Merapi ini bukan lari jarak pendek.
Kami ingin mencapai finish yang baik," kata
Surono memberi analogi. (umi)
ini sangat berbeda dengan letusan yang
terjadi pada 2006, 2001, dan 1997. Ada yang
tidak biasa pada letusan kali ini.
"Memang, Merapi tahun ini aneh," Kepala
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana,
Kementerian ESDM, Surono, kepada
VIVAnews.com, Senin 1 November 2010.
Keanehan itu terlihat pada saat letusan besar
kedua yang terjadi pada Minggu dini hari 31
Oktober 2010. Merapi mengeluarkan suara.
Suara dentuman yang keras yang membuat
semua orang panik. Termasuk tentara, polisi,
petugas evakuasi, apalagi pengungsi. Semua
panik. "Dalam sejarahnya, Merapi memang
tidak pernah mengeluarkan suara
dentuman," ujar Surono.
Apa penyebabnya? Menurut Surono, itu
adalah proses eksplosif biasa. Dan suara
keras itu diduga berasal dari kandungan gas
yang terkandung dalam magma di perut
Merapi. Surono mengakui, karakter Merapi
itu bukan seperti gunung berapi lainnya
yang mengeluarkan suara seperti petasan
saat meletus.
Apakah ini karena energi yang sangat besar
terkandung di dalam Merapi? "Saya sudah
prediksi sejak awal, energi Merapi kali ini
memang lebih besar dari 1997, 2001, dan
2006. Apakah ini salah satu bentuknya? Saya
belum bisa pastikan," Surono menjelaskan.
Bencana Merapi yang terjadi pada Selasa 26
Oktober 2010 petang, sekitar pukul 18.02
WIB, menewaskan 34 orang termasuk
Redaktur Senior VIVAnews.com, Yuniawan
Wahyu Nugroho. Saat ini, jumlah pengungsi
letusan gunung Merapi sekitar 29 ribu orang
yang terbagi di 28 titik tempat
penampungan akhir (TPA).
Maka itu, Surono kembali mengingatkan
pemerintah daerah setempat untuk bersikap
tegas kepada warga pengungsi. Area 10
kilometer dari puncak Merapi harus steril.
"Jangan sampai ada warga yang naik lagi ke
atas untuk mencari makan buat ternaknya.
Kondisi Merapi ini bukan lari jarak pendek.
Kami ingin mencapai finish yang baik," kata
Surono memberi analogi. (umi)
Rabu, 27 Oktober 2010
Korban Tewas Tsunami Mentawai 311 Orang
VIVAnews - Korban jiwa gempa 7,2 Skala
Richter yang mengakibatkan gelombang
tsunami setinggi di Mentawai, Sumatera
Barat, terus bertambah. Kini, laporan korban
tewas sudah menembus angka 300 orang
lebih.
"Korban gempa dan tsunami Mentawai
terkini, meninggal 311 orang," kata Staf
Khusus Presiden Bidang Penanganan
Bencana dan Sosial, Andi Arief, dalam akun
twitter-nya, Kamis 28 Oktober 2010.
Menurut Andi Arief, data yang diterima itu
berdasarkan laporan lapangan dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Mentawai. Gempa dan tsunami juga
memporak-porandakan sejumlah bangunan.
"Sebanyak 460 orang hilang," tambah Andi.
Kemarin juga disebutkan, bangunan-
bangunan gedung dan infrastruktur juga
luluh lantak.
Laporan sementara yang masuk, bangunan-
bangunan yang rusak itu antara lain satu
gedung SMP rusak, empat rumah dinas, lima
rumah ibadah, dan lima jembatan.
Kerusakan lain yang terpantau antara lain,
291 rumah penduduk rusak berat dan 190
rumah penduduk rusak ringan. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah
berada di Padang, sejak semalam.
Dalam rapat semalam, Presiden akan segera
mengeluarkan Instruksi Presiden tentang
Penangangan Bencana Alam. "Inpres ini akan
jadi pedoman provinsi yang punya daerah
rawan untuk relokasi dan memikirkan mata
pencaharian warga di tempat yang baru,"
kata Presiden SBY semalam. (umi)
Richter yang mengakibatkan gelombang
tsunami setinggi di Mentawai, Sumatera
Barat, terus bertambah. Kini, laporan korban
tewas sudah menembus angka 300 orang
lebih.
"Korban gempa dan tsunami Mentawai
terkini, meninggal 311 orang," kata Staf
Khusus Presiden Bidang Penanganan
Bencana dan Sosial, Andi Arief, dalam akun
twitter-nya, Kamis 28 Oktober 2010.
Menurut Andi Arief, data yang diterima itu
berdasarkan laporan lapangan dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Mentawai. Gempa dan tsunami juga
memporak-porandakan sejumlah bangunan.
"Sebanyak 460 orang hilang," tambah Andi.
Kemarin juga disebutkan, bangunan-
bangunan gedung dan infrastruktur juga
luluh lantak.
Laporan sementara yang masuk, bangunan-
bangunan yang rusak itu antara lain satu
gedung SMP rusak, empat rumah dinas, lima
rumah ibadah, dan lima jembatan.
Kerusakan lain yang terpantau antara lain,
291 rumah penduduk rusak berat dan 190
rumah penduduk rusak ringan. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah
berada di Padang, sejak semalam.
Dalam rapat semalam, Presiden akan segera
mengeluarkan Instruksi Presiden tentang
Penangangan Bencana Alam. "Inpres ini akan
jadi pedoman provinsi yang punya daerah
rawan untuk relokasi dan memikirkan mata
pencaharian warga di tempat yang baru,"
kata Presiden SBY semalam. (umi)
Istri Mbah Maridjan: Saya Ikhlas..Ikhlas...
VIVAnews -- Sudah dipastikan, bahwa
jenazah pria yang sedang bersujud itu
adalah Mbah Maridjan, juru kunci Gunung
Merapi.
Sang kuncen akan dimakamkan pagi ini,
Kamis 27 Oktober 2010 pukul 10.00 di
pemakaman keluarga di Srumen, Glagaharjo,
Cangkringan -- juga di kaki Merapi.
Kini, kesibukan sedang terjadi di Rumah
Sakit Sardjito Yogyakarta. Pagi tadi keluarga
Mbah Maridjan untuk kali terakhir melihat
jasadnya di ruang forensik.
Duka menyelimuti. Istri Mbah Maridjan,
Ponirah nampak syok. Ketika keluar dari
ruang forensik, ia harus dipapah dua orang.
Saat diwawancara, Ponirah hanya menjawab
sambil sesenggukan, "sampun dipendet, kulo
ikhlas..ikhlas..ikhlas." Artinya, "sudah diambil,
saya ikhlas..ikhlas..ikhlas".
Menurut informasi dari sejumlah kerabat,
Mbah Maridjan tergolong romantis. Ia tak
mau dekat-dekat dengan perempuan, agar
sang istri tidak cemburu.
Sementara, salat jenazah untuk Mbah
Maridjan telah dilakukan pukul 08.00 tadi di
masjid RS Sardjito
Salat mayit ini tanpa jenazah Mbah Maridjan,
jasadnya tidak dibawa ke masjid dengan
alasan, kondisi tidak memungkinkan.
Sekitar 90 orang bergabung menyalatkan
simbah. Ada enam shaf jamaah, tiga baris
laki-laki, dan tiga baris perempuan.
Sepanjang salat berlangsung, terdengar isak
tangis. Sejumlah orang terlihat sesenggukan.
Mbah Maridjan wafat pada Selasa 26 Oktober
2010 petang -- saat awan panas Merapi
'wedhus gembel' menerjang Dusun
Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan,
Yogyakarta.
'Amuk' Merapi menghancurkan segala yang
ada di Kinahrejo.
Pada Rabu pagi 27 Oktober 2010 pagi, pria
yang mengabdi di Merapi sejak 1982 itu
ditemukan tewas di rumahnya. Dalam posisi
bersujud.
(Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta, umi)
jenazah pria yang sedang bersujud itu
adalah Mbah Maridjan, juru kunci Gunung
Merapi.
Sang kuncen akan dimakamkan pagi ini,
Kamis 27 Oktober 2010 pukul 10.00 di
pemakaman keluarga di Srumen, Glagaharjo,
Cangkringan -- juga di kaki Merapi.
Kini, kesibukan sedang terjadi di Rumah
Sakit Sardjito Yogyakarta. Pagi tadi keluarga
Mbah Maridjan untuk kali terakhir melihat
jasadnya di ruang forensik.
Duka menyelimuti. Istri Mbah Maridjan,
Ponirah nampak syok. Ketika keluar dari
ruang forensik, ia harus dipapah dua orang.
Saat diwawancara, Ponirah hanya menjawab
sambil sesenggukan, "sampun dipendet, kulo
ikhlas..ikhlas..ikhlas." Artinya, "sudah diambil,
saya ikhlas..ikhlas..ikhlas".
Menurut informasi dari sejumlah kerabat,
Mbah Maridjan tergolong romantis. Ia tak
mau dekat-dekat dengan perempuan, agar
sang istri tidak cemburu.
Sementara, salat jenazah untuk Mbah
Maridjan telah dilakukan pukul 08.00 tadi di
masjid RS Sardjito
Salat mayit ini tanpa jenazah Mbah Maridjan,
jasadnya tidak dibawa ke masjid dengan
alasan, kondisi tidak memungkinkan.
Sekitar 90 orang bergabung menyalatkan
simbah. Ada enam shaf jamaah, tiga baris
laki-laki, dan tiga baris perempuan.
Sepanjang salat berlangsung, terdengar isak
tangis. Sejumlah orang terlihat sesenggukan.
Mbah Maridjan wafat pada Selasa 26 Oktober
2010 petang -- saat awan panas Merapi
'wedhus gembel' menerjang Dusun
Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan,
Yogyakarta.
'Amuk' Merapi menghancurkan segala yang
ada di Kinahrejo.
Pada Rabu pagi 27 Oktober 2010 pagi, pria
yang mengabdi di Merapi sejak 1982 itu
ditemukan tewas di rumahnya. Dalam posisi
bersujud.
(Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta, umi)
Langganan:
Postingan (Atom)