VIVAnews -- Sudah dipastikan, bahwa
jenazah pria yang sedang bersujud itu
adalah Mbah Maridjan, juru kunci Gunung
Merapi.
Sang kuncen akan dimakamkan pagi ini,
Kamis 27 Oktober 2010 pukul 10.00 di
pemakaman keluarga di Srumen, Glagaharjo,
Cangkringan -- juga di kaki Merapi.
Kini, kesibukan sedang terjadi di Rumah
Sakit Sardjito Yogyakarta. Pagi tadi keluarga
Mbah Maridjan untuk kali terakhir melihat
jasadnya di ruang forensik.
Duka menyelimuti. Istri Mbah Maridjan,
Ponirah nampak syok. Ketika keluar dari
ruang forensik, ia harus dipapah dua orang.
Saat diwawancara, Ponirah hanya menjawab
sambil sesenggukan, "sampun dipendet, kulo
ikhlas..ikhlas..ikhlas." Artinya, "sudah diambil,
saya ikhlas..ikhlas..ikhlas".
Menurut informasi dari sejumlah kerabat,
Mbah Maridjan tergolong romantis. Ia tak
mau dekat-dekat dengan perempuan, agar
sang istri tidak cemburu.
Sementara, salat jenazah untuk Mbah
Maridjan telah dilakukan pukul 08.00 tadi di
masjid RS Sardjito
Salat mayit ini tanpa jenazah Mbah Maridjan,
jasadnya tidak dibawa ke masjid dengan
alasan, kondisi tidak memungkinkan.
Sekitar 90 orang bergabung menyalatkan
simbah. Ada enam shaf jamaah, tiga baris
laki-laki, dan tiga baris perempuan.
Sepanjang salat berlangsung, terdengar isak
tangis. Sejumlah orang terlihat sesenggukan.
Mbah Maridjan wafat pada Selasa 26 Oktober
2010 petang -- saat awan panas Merapi
'wedhus gembel' menerjang Dusun
Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan,
Yogyakarta.
'Amuk' Merapi menghancurkan segala yang
ada di Kinahrejo.
Pada Rabu pagi 27 Oktober 2010 pagi, pria
yang mengabdi di Merapi sejak 1982 itu
ditemukan tewas di rumahnya. Dalam posisi
bersujud.
(Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta, umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar