VIVAnews - Letusan Gunung Merapi tahun
ini sangat berbeda dengan letusan yang
terjadi pada 2006, 2001, dan 1997. Ada yang
tidak biasa pada letusan kali ini.
"Memang, Merapi tahun ini aneh," Kepala
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana,
Kementerian ESDM, Surono, kepada
VIVAnews.com, Senin 1 November 2010.
Keanehan itu terlihat pada saat letusan besar
kedua yang terjadi pada Minggu dini hari 31
Oktober 2010. Merapi mengeluarkan suara.
Suara dentuman yang keras yang membuat
semua orang panik. Termasuk tentara, polisi,
petugas evakuasi, apalagi pengungsi. Semua
panik. "Dalam sejarahnya, Merapi memang
tidak pernah mengeluarkan suara
dentuman," ujar Surono.
Apa penyebabnya? Menurut Surono, itu
adalah proses eksplosif biasa. Dan suara
keras itu diduga berasal dari kandungan gas
yang terkandung dalam magma di perut
Merapi. Surono mengakui, karakter Merapi
itu bukan seperti gunung berapi lainnya
yang mengeluarkan suara seperti petasan
saat meletus.
Apakah ini karena energi yang sangat besar
terkandung di dalam Merapi? "Saya sudah
prediksi sejak awal, energi Merapi kali ini
memang lebih besar dari 1997, 2001, dan
2006. Apakah ini salah satu bentuknya? Saya
belum bisa pastikan," Surono menjelaskan.
Bencana Merapi yang terjadi pada Selasa 26
Oktober 2010 petang, sekitar pukul 18.02
WIB, menewaskan 34 orang termasuk
Redaktur Senior VIVAnews.com, Yuniawan
Wahyu Nugroho. Saat ini, jumlah pengungsi
letusan gunung Merapi sekitar 29 ribu orang
yang terbagi di 28 titik tempat
penampungan akhir (TPA).
Maka itu, Surono kembali mengingatkan
pemerintah daerah setempat untuk bersikap
tegas kepada warga pengungsi. Area 10
kilometer dari puncak Merapi harus steril.
"Jangan sampai ada warga yang naik lagi ke
atas untuk mencari makan buat ternaknya.
Kondisi Merapi ini bukan lari jarak pendek.
Kami ingin mencapai finish yang baik," kata
Surono memberi analogi. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar